Select Menu
Select Menu

Favourite

Jawa Timur

Wisata

Culture

Transportasi Tradisional

Rumah Adat

Bali

Pantai

Seni Budaya

Kuliner

» » Surat Sahabat Sejati #1 [ Cermin ]


Rumah Hijau 17.32 0

            Halo sobat…apa kabarmu di negeri Paman Sam? Sepertinya kau betah di sana. Aku tahu itu dari foto-fotomu di Facebook. Menghabiskan sisa musim dingin dengan hujan salju di Montage Deer Valle lalu berkelana di Coronado Beach sebelum musim panas benar-benar menyapa. Kau kini benar-benar merasakan kebahagiaan, persis seperti cerita kita semasa kecil di bukit bintang. Kau pasti ingat yang bagian cerita ini kan? Kita menghabiskan senja di bukit bintang bersama teman lainnya, berkelakar tentang hari esok. Akhirnya keinginanmu tercapai juga sobat, seperti impianmu berkelana di negeri di seberang sana, negeri di balik mentari senja kala itu.

    Sobat, sudah seminggu saya kembali ke rumah kecil ini. Rumah masa kecil kita dan teman-teman lain. Penerbangan dari London ke Jakarta sedikit terlambat sehingga terpaksa harus telat juga ke kampung halaman. Oh ya hamper lupa. Tempat masa kecil kita, tidak lagi seperti dulu. Sudah banyak berubah sobat. Kau pasti tidak akan percaya ketika menyaksikannya sendiri. 

Kau masih ingat tanah lapang di belakang SD St. Yoseph itu kan? Tanah lapang yang sering kita pakai untuk bermain sepak bola. Sekarang tanah lapang itu tidak akan pernah kita lihat lagi. Tanah lapang itu kini sudah digantikan bangunan pertokoan yang megah. Bahkan SD, SMP dan SMA kita pun kini sudah bertingkat, tidak seperti semasa kita yang masih berdinding bebak dan beratap alang-alang.

Sobat, perubahan besar telah terjadi di kota ini. Bukan saja gedung-gedungnya yang semakin banyak atau kotanya yang terus tumbuh, tetapi orang-orang di kampung kita kini pun banyak berubah. Seperti masyarakat kota pada umumnya, mereka hidup dalam ruang pergaulan yang sempit, seperti tidak saling mengenal satu sama lain. Relasi antarsesama mengendor. Orang lebih banyak menghabiskan waktu mengejar target pekerjaan ketimbang duduk membuang waktu berdesas-desus sambil mencari kutu seperti yang dilakukan ibu-ibu di kampung kita semasa kecil dulu.

Bahkan, lebih parahnya lagi, orang-orang kita kini seperti tidak lagi mengenal Tuhan. Bangku-bangku di Gereja kini semakin banyak yang kosong. Tak lagi ada adzan berkumandang dari masjid di seberang toko baba Liem itu. Kupikir di Eropa saja orang mulai meninggalkan keimanan dan Tuhannya, menjual Gereja demi kepentingan bisnis, tetapi di sini, di kampung kecil kita, orang-orang pun sudah mulai meninggalkan Tuhan.

Entah siapa yang memulai semua ini, tapi saya pikir harus ada yang berani untuk menghentikan semua ini dan perlahan merubah keadaan ini menjadi lebih baik. Kita sudah banyak belajar di negeri orang dan ini adalah saat yang tepat untuk mendedikasikan semua pengetahuan dan pengalaman kita bagi masyarakat di sini. 

Sobat, mungkin ini saja surat saya. Sudah saatnya saya bertindak. Perjuangan baru saja dimulai sobat. Sampai bertemu lagi…  

                                                       ***
Jogjakarta, 23 Juli 2012
Suatu pagi...

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply

Silahkan berikan komentar Anda terkait artikel di atas.

Komentar yang bernuansa SARA atau SPAM akan kami remove.

Terima Kasih atas kunjungan Anda. Semoga bermanfaat !!!

Selalu pastikan Anda meng-update berbagai informasi terbaru blog ini.