Select Menu
Select Menu

Favourite

Jawa Timur

Wisata

Culture

Transportasi Tradisional

Rumah Adat

Bali

Pantai

Seni Budaya

Kuliner

» » » Kudeta Militer di Mesir


Rumah Hijau 04.53 0

Mesir merupakan sebuah negara yang berada di kawasan Afrika Utara. Negara yang terkenal akan piramida ini telah lama dikuasai oleh rezim militer. Pada abad 19, Mesir berada dibawah protektorat Inggris yang juga memiliki kepentingan ekonomi dan politik di kawasan Terusan Suez. Negara Mesir kemudian diberikan kemerdekaan oleh Inggris pada 28 Februari 1922. Kekuasaan atas Mesir lalu diambil alih  pemerintahan raja Farouk. Semasa pemerintahan raja Farouk, kehidupan perekonomian Mesir tidak juga membaik. Apalagi gaya hidup raja Farouk yang bermewah-mewahan membuatnya semakin dibenci rakyat Mesir.  

Kebencian pada sosok raja Farouk kian masif pasca kekalahan Mesir dalam perang melawan Israel. Kekalahan pada perang Arab-Israel 1948 itu pula yang memicu militer melakukan kudeta. Kudeta dipimpin oleh Gamal Abdul Nassser yang tergabung dalam free officers group atau Organisasi Perwira Bebas. Kudeta berdarah itu akhirnya berhasil menggulingkan kekusaan Raja Farouk yang materialistis itu. 

Organisasi Perwira Bebas ini kemudian digantikan oleh Revolution Command Council (RCC) yang didirikan oleh Muhammad Nagub dan Nasser. Nagub sendiri menjadi ketua RCC dan panglima tertinggi angkatan perang. Untuk mengisi kevakuman kekuasaan pasca kudeta atas rezim Raja Farouk, RCC menetapkan Nagub sebagai presiden sedangkan Nasser sebagai perdana menteri. Dalam pemerintahan Nagub dan Nasser melaksanakan kepemimpinan dwi tunggal dan membuat beberapa kebijakan besar yang tak biasa seperti menghapus konstitusi Mesir dari kerajaan menjadi republik, melarang keberadaan partai politik, partisipasi sipil dalam politik dan dan menghapus sistem monarki yang telah lama ada di Mesir.

Pada tahun 1954, kekuasaan Nagub beralih pada Gamal Abdul Nasser yang melakukan kudeta. Mutlak kekuasaan berada dibawah kendali Nasser yang menjabat sebagai presiden sekaligus perdana menteri. Kekuasaan Nasser semakin kuat karena didukung oleh RCC yang menjadi tamen baginya.

Nasser yang berlatarbelakang militer dengan pangkat terakhir mayor ini menjalankan kekuasaan di Mesir secara keras dan tegas. Nasser melakukan banyak reformasi, mulai dari menumbuhkan semangat nasionalisme Arab, gerakan Non-Blok, dan melakukan nasionalisasi Terusan Suez sehingga menyebabkan krisis Suez. Akibat kebijakan nasionalisasi tersebut, Mesir harus berurusan dengan Prancis, Inggris dan Israel yang memiliki kepentingan di Suez. Mesir akhirnya memenangkan konflik tersebut sehingga Terusan Suez masuk dalam wilayah kedaulatan Mesir. Selain itu, Nasser juga mengeluarkan konstitusi baru yang disetujui rakyat Mesir melalui Referendum tanggal 23 Juni 1956, membubarkan RCC lalu membentuk ASU (Arab Socialist Union) pada Desember 1962 yang menjadi alat politik Nasser untuk menjalankan kebijakan-kebijakan yang dibuatnya. 

Dalam kancah dunia internasional, Nasser membuat sebuah kebijakan untuk membangun kembali semangat dunia Islam terhadap Israel. Kebijakan ini kemudian ditolak oleh Ikhwanul Muslimin. Keberadaan Ikhwanul Muslimin ini sendiri lalu dilarang oleh Nasser karena dipandang berbahaya bagi kekuasaannya. Pada tahun 1970 Nasser meninggal dunia karena penyakit jantung dan digantikan oleh Anwar Sadat yang sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden Mesir dalam pemerintahan Nasser.  
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa rejim militer di Mesir berdasarkan tipologi tingkat campur tangan militer menurut Eric Nordlinger termasuk dalam Penguasa pretorian (Eric Nordlinger) yang mana militer bukan hanya menguasai pemerintahan tetapi juga mendominasi rejim dan kadang kala mencoba mnguasai sebagian kehidupan politik,ekonomi dan sosial militer pemebentukan yang termobilisasi. Selain itu juga, Amos Permutter membagi tentara pretorian menjadi dua bagian yaitu pretorian historis dan pretorian modern, dimana pretorian modern dibagi lagi atas 2 bagian yang pertama pretorian otokrasi dan oligarkhi. Dalam hal ini Mesir termasuk dalam pretorian modern yang oligarkhi, karena pemerintah di Mesir selalu mendapatkan dukungan dari militer dan juga merupakan bagian dari militer seperti Gamal Abdul Nasser yang merupakan seorang jenderal yang akhirnya menjadi presiden pada tahun 1954.

                                                                                     Gamal Abdul Nasser (Google Images)
*Dari berbagai sumber
img src = http://dancutlermedicalart.com/AlbertEinstein%27sZionism/images/250%20pixels/1950-1955/1954Nasser.jpg

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply

Silahkan berikan komentar Anda terkait artikel di atas.

Komentar yang bernuansa SARA atau SPAM akan kami remove.

Terima Kasih atas kunjungan Anda. Semoga bermanfaat !!!

Selalu pastikan Anda meng-update berbagai informasi terbaru blog ini.